“Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku”
(Mazmur 50:15)
Aminorang adalah bahasa Sikha yang terletak di Maumere, Nusa Tenggara Timur, yang berarti “Kami ada!”. Umumnya kata ini diucapkan atau diteriakkan oleh orang pada saat yang menakutkan, pada saat hal2 yang mengerikan. Contohnya pada saat gempa bumi dan tsunami yang memang pernah melanda daerah itu.
Selain berteriak “Aminorang!”, masyarakat juga membunyikan tetabuhan atau bahkan memaksa ternak-ternak untuk bersuara, pokoknya mereka membuat kegaduhan sebising mungkin. Hal ini dimaksudkan sebagai penanda bahwa masih ada kehidupan disitu sekaligus seruan permohonan kepada Tuhan sang Pencipta Alam Semesta agar tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menghentikan bencana tersebut.
Sama halnya dengan kita, ketika kita sedang dalam masalah, dalam kesulitan, dan dalam kesukaran, kita selalu berseru kepada Tuhan agar Ia mengingat dan menolong kita. Kita selalu ingin agar Tuhan melepaskan kita dari kesulitan atau masalah yang kita alami. Seruan permohonan pertolongan kita kepada Tuhan tentu sudah tak terhitung lagi jumlahnya.
Semua itu tentu saja tidak salah karena firman Tuhan sendiri telah berkata kepada kita untuk berseru kepadaNya pada waktu kesesakan. Kita harus menyadari bahwa Tuhan selalu ada dan menyertai kita di dalam setiap permasalahan kita. Apapun permasalahan kita termasuk bencana-bencana alam yang sedang terjadi, kita harus tetap percaya dan menaruh harapan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Karena ada hikmah dan makna yang ingin Tuhan sampaikan lewat permasalahan kita. Kita juga harus tetap bersyukur karena kita tahu bahwa pertolongan Tuhan itu pasti dan tidak pernah terlambat.
Tuhan itu sungguh mengasihi kita, dan tentu saja ia tidak ingin kita celaka. Jadi datanglah dan berserulah kepada Tuhan, jangan ketika kita sedang dalam kesulitan saja tetapi setiap saat, setiap waktu di dalam hidup kita.
“Aminorang!” katakan kepadaNya..
Kita ada disini untuk mengasihi dan dikasihi olehNya.
Sumber: Renungan Harian edisi November
Aminorang!
Kategori: Saat Teduh
Anak yang hilang
Anak yang hilang
“Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Lukas 15:24
Cerita anak yang hilang tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Salah satu kisah yang terdapat didalam Alkitab tepatnya pada Injil Lukas 15:11-32. Kisah tentang anak bungsu yang menuntut harta warisan bagiannya, lalu pergi dari rumahnya, berfoya-foya dan menghamburkan harta miliknya, dan akhirnya ia jatuh miskin, ia menyadari dan menyesali perbuatannya dan akhirnya ia kembali ke rumah ayahnya. Itu semua adalah gambaran tentang kita, kita yang terjerumus dalam dosa, dan ketika kita berobat, kita mendapatkan kasih pengampunan dari Bapa di Surga.
Biasanya dalam kisah ini yang menjadi fokus adalah si bungsu. Namun sebenarnya sosok si sulung pun tidak beda jauh dari gambaran kita.
“Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.”
“Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.”
Begitulah si sulung protes kepada bapanya.
Kita terkadang juga seperti si sulung itu. Kita memang tidak sampai ‘terhilang’ atau terjerumus dalam ‘kemabukan duniawi’. Kita rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan, pokoknya kita adalah ‘orang baik-baik’. Tetapi yang sebenarnya hidup kita dalam ketidaktulusan. Kita melakukan semua kebaikan dengan mengharapkan pamrih atau upah, mengharapkan berkat ini dan itu dari Tuhan, berharap agar keinginan2 kita dikabulkan oleh Tuhan.
Itulah sebabnya ketika ada ‘pendosa’ yang bertobat dan kemudian mendapatkan Kasih dari Tuhan, kita protes tidak bisa terima. Sebab kita dengan angkuhnya merasa diri kita lebih baik dan lebih layak dari orang tersebut. Secara tidak langsung, kita telah menjadi hakim atas sesama kita.
Jika kita masih hidup dalam dosa, segeralah bertobat, tinggalkan dan buang jauh2 perbuatan dosa tersebut. Dan jika kita masih melakukan segala sesuatu dengan tidak tulus dan mengharapkan imbalan, segeralah berubah! Lakukan segala hal dengan tulus tanpa mengharapkan ‘upah’. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan lewat perbuatan2 kita.
Tidakkah kita rindu kembali kepada Bapa?
From: Renungan Harian
Kategori: Saat Teduh
Kamu ada bukan karena kebetulan
Kamu ada bukan karena kebetulan
"Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan."
Yesaya 44:2a
Kamu bukan ada karena kebetulan.
Kelahiranmu bukanlah sebuah kesalahan atau kesialan. Jauh sebelum kamu ada dalam benak orang tua mu, kamu sudah ada dalam pikiran Tuhan. Bukan karena nasib, bukan karena kesempatan, bukan karena keberuntungan, juga bukan karena kebetulan, kamu bernafas saat ini. Kamu hidup karena Tuhan ingin menciptakan kamu! Alkitab berkata, "Tuhan akan menggenapi tujuanNya bagiku."
Tuhan merancang setiap bagian tubuhmu. Dia dengan terencana memilih ras, warna kulit, rambut dan setiap karakteristik kamu lainnya. Dia juga menentukan talenta-talenta kamu dan keunikan dari kepribadianmu. Karena Tuhan menciptakan kamu untuk sebuah alasan. Dia terlebih dulu sudah merencanakan hari2 hidupmu. Tidak ada satu hal pun dalam hidupmu yang terjadi semaunya. Semuanya untuk suatu tujuan.
Yang paling mengagumkan, Tuhan menentukan bagaimana kamu akan dilahirkan. Tidak peduli orang tua mu baik, buruk, atau cuek. Tuhan tahu bahwa mereka berdua memiliki sifat2 genetik yang tepat untuk menciptakan "Kamu" yang sudah ada dalam pikiran2Nya. Banyak anak tidak direncanakan oleh orang tua mereka, tetapi mereka bukanlah tidak direncanakan oleh Tuhan.
Tuhan memikirkan kamu bahkan sebelum Dia menjadikan dunia. Sebetulnya, inilah sebabnya Dia menciptakan dunia, hanya agar kita bisa hidup di dunia. Kita menjadi pusat Kasih Tuhan dan merupakan yang paling berharga dari semua ciptaanNya. Tuhan menjadikanmu supaya Dia bisa mengasihi kamu. Karena Tuhan adalah Kasih! Ia ingin menciptakan kamu untuk menyatakan kasihNya.
Jika Tuhan tidak ada, kita semua tentu ada karena 'kebetulan'. Kehidupan tentu tidak akan memiliki tujuan atau makna. Tidak akan ada benar atau salah, dan tidak ada harapan di balik tahun2 singkat kamu di Bumi.
Tetapi Tuhan Ada, yang menjadikan kamu untuk suatu alasan dan kehidupan kamu memiliki makna yang luar biasa!
From: The Purpose Driven Life (Rick Warren)
Kategori: Saat Teduh